Operasi untuk mambebaskan Irian Barat yang
digelurakan oleh Presiden RI Sukarno kendati dilaksanakan salam keterbatasan
alutista yang dimiliki militer RI telah berhasil menunjukkan betapa bangsa ini
bisa menunjukkan kamampuannyaa ketika harus berperang malawan bangsa lain
(Belanda).
Saya tidak mengucapkan kehendak saya saja, tetapi
tiap-tiap perkataan yang saya ucapkan ini didukung sepenuhnya oleh segenap
rakyat Indonesia. Dan jikalau saya memberikan komando, sebenarnya bukan komando
dari Soekarno kepada Rakyat Indonesia sebenarnya bukan komando dari Presiden
Republik Indonesia kepada rakyat Indonesia, sebenarnya bukannya komando dari
Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, bukan komando dari pada
Panglima Besar Pembebasan Irian Barat kepada rakyat Indonesia. Tidak! Tapi sebenarnya
adalah komando dari rakyat Indonesia kepada rakyat Indonesia sendiri. Tidaklah
benar jika saya katakanabahwa inilah kehendakmu sendiri. Saudara-saudara rakyat
Indonesia?”
“Maka oleh karena itu, hei segenap rakyat
Indonesia, mari sebagai tadi saya katakana gagalkan ini usaha fihak Belanda untuk mendirikan “negara Papua”,
kibarkan bendera Sang Merah Putih di
Irian Barat! Siap sedia di dalam waktu yang singkat pada komando untuk
mengadakan rnobilisasi umum daripada rakyat Indonesia untuk membebaskan sama
sekali Irian Barat itu daripada cengkeraman imperialism Belanda!” Itulah salah
satu kutipan dari buku “25 Tahun Trikora” yang digelorakan oleh Presiden
Sukarno sewaktu mengumandangkan Trikora di lapangan Alun-alun Utara,
Yogyakarta, 19 Desember 1961 yang dihadiri lebih dari satu juta orang. Sejumiah
di antaranya adalah perwira muda yang baru luIus dari Akademi Militer Nasional
(AMN), Magelang dan dilantik oleh Presiden. Perintah itu kendati bermakna
komando dari rakyat untuk rakyat, jelas merupakan perintah langsung bagi
Angkatan Bersenjataa RI untuk mengambil tindakan secepatnya guna menyiapkan
kekuatan tempur untuk membebaskan Irian Barat.
Dengan melihat fakta dilapangan bahwa untuk
memasuki daratan Irian Barat hanya bias ditempuh lewat laut dan udara, kekuatan
Angkatan Udara RI serta Angkatan Laut RI (TNI AL) harus bekerja keras. Apalagi
pada saat itu, khusus kekuatan tempur ALRI yang tersedia hanya bias memenuhi
30% dari kebutuhan, meskipun unsur angkutan lautnya mencapai sekitar 60%.
Sedangkan kekuatan udara hanya terdiri dari empat buah pembom jenis TU-16, 6
IL-28, 6 B-25/B-26. 12 MIG -17, 6 P-51 Mustang, 5 C-130 Hercules, dan 20 C-47 Dakota.
Penggalangan Kekuatan
Untukniemenuhi kebutuhan persenjataan“ karena
pemerintah sudah mefnililci perhitungan bahwa pada suatu saat Irian Barat harus
dibebaskan secara fisik
(militer), sebelum Trikora dikumandangkan langkah untuk menyediakan senjata dan
pasukan tempur sudah dilaksanakan.
Salah satu respons yang ditanggapi oleh TNI AL
atas perintah Trikora adalah pengadaan persenjataan dalam waktu terbatas.
Suasana ketika KRI Irian tiba dari Rusia
Persiapan itu adalah sistem pertahanan keamanan nasional
berupa Perlawanan Rakyat Semesta dengan Angkatan Bersenjata sebagai intinya dan
telah dilengkapi alutsista yang dapat mengimbangi militer Belanda. Suatu
penandatangan pembeli- an senjata atas dasar kredit jangka panjang dengan Uni
Soviet (Rusia) telah dilaksanakan pada akhir tahun 1960. Pemerintah Indonesia
dalam hal ini diwakili oleh Menteri Keamanan Nasional Ienderal Abdul Haris
Nasution. Pembelian senjata tersebut bahkan merupakan pembelian terbesar yang
dapat dipergunakan untuk penambahan kebutuhan kekuatan untuk laut, darat, dan
udara.
Dalam kondisi kepepet karenayharus memenuhi
persenjataan yang nilainya sangat besar, konon ketika Presiden Sukarno ditanya
bagaimana cara mernbayarnya nanti , hanya dijawab enteng, “Kemplang saja!”
Sambil mengusahakan persenjataan yang kemudian dibeli dari Soviet dan Inggris,
struktur komaiido tempur Trikora pun dibentuk ke dalam Komandoa‘ Mandala. Mayor
Ienderal Suharto yang keinudian menjabat sebagai Panglima Komando Mandala pun
memiliki pendapat sendiri ketika hanya diberi waktu selama enam bulan untuk
mempersiapkan sebuah rencana operasi militer.
“Markas Komando didirikan di Makassar (Ujung
Pandang). Saya tahu, ini ujian yang paling besar. Ditentukan, paling lambat
tanggal 17 Agustus 1962 bendera Merah Putih sudah harus berkibar di Irian
Barat. Ini berarti, saya cuma diberi waktu tujuh bulan. Tetapi saya taat saja,
saya tunduk kepada perintah”. Alasan Mayjen Suharto sangat masuk akal karena
Komando Mandala yang dipimpinnya merupakan komando gabungan yang mempunyai
tugas pokok mempersiapkan serta melaksanakan operasi-operasi militer untuk
mengembalikan Irian Barat kedalam kekuasaan Republik Indonesia.
Wilayah opersai Komando Mandala mencakup kawasan
yang terbentang luas dari Bujur 115 derajat sampai Bujur 141 derajat Timur dan
Lintang 5 derajat Utara hingga 10 derajat Selatan. Luas kawasan Mandala
tersebut mencakup areal 2.400 km kali 1.900 km atau sekitar 5.510.000 km
persegi. Kawasan seluas itu, yang harus direbut melalui operasi militer, yang
mau tak mau secara besar-besaran, ternyata lebih dari (9.975.000 km’) setengah
luas Wilayah Indonesia. Wilayah yang dikuasai Komando Mandala selama ini biasa
disebut denganistilah wilayah Indonesia bagian Timur. Mencakup kawasan laut,
darat, dan udara dari empat Komando Daerah Militer (Kodam), dua Komando Daerah
Maritim (Kodamar) serta dua Komando Regional Udara (Korud).
Salah satu respons yang ditanggapi oleh TNI AL
atas perintah Trikora adalah pengadaan sukarelawan perang dalam waktu terbatas.
Suasana ketika Pelatihan untuk warga sipil terpilih
Dengan mempelajari luasnya wilayah yang harus
dikusasi oleh militer Indonesia, maka bias disimpulkan bahwa tuj uh puluh
persen dari kekuatan Nasional akan dikerahkan untuk Operasi dan usaha perang
Pembebasan Irian Barat. Upaya untuk menggalang kekuatan dari segala bidang
memang harus segera dilakukan.
Apalagi perjuangan Pembebasan Irian Barat adalah
konfrontasi di semua bidang terhadap Belanda dkk. Konfrontasi di bidang militer
dilakukan sesuai dengan perkembangan diplomasi sekaligus memperhitungkan
dinamikan politik, ekonomi, dan sosio psikologis masyarakat RI.
Sambil terus menggalang kekuatan dari berbagai
sumber, baik militer dan maupun sipil, kapal perang ALRI dan sipil, APRI telah
melancarkan operasi infiltrasi
lewat udara dan laut. Infiltrasi
lewat laut bahkan berlangsung penuh semangat dan melibatkan kapal-kapal kecil seperti MTB dan kapal
selam. Infiltrasi dengan
kapal kecil tidak selaluberjalan mulus, dalam sejumlah misi penyusupan
kapal-kapal perang ALRI bahkan diserang oleh pesawat tempur dankapal perang
Belanda.
Salah satu penyergapan oleh kapal-kapal perang
dan pesawat tempur Belanda bahkan mengaki batkan tenggelamnya RI Macan Tutul
serta gugurnya perwira senior, Komodor Yos Sudarso. Namun gugurnya Komodor Yos
Sudarso dan puluhan pelaut lainnyé tidak membuat seman gat tempur pasnkan Komando
Mandala surut justru makin berlitobar-kobar. Kapal-kapal pefang ALRI pun
melanjutkan lagi penyusupan dan pengintaian Kegiatan untuk menyusupkan ke
wilayah Irian Barat meningkat seiring dengan Operasi ]ayawi yang akan digelar
pada bulan 1962.
Meskipun
kemudian Operasi Jayawijaya dibatalkan karena Belanda memilih menyeselesaikan
masalah Irian Barat secara damai. Beberapa hari menjelang Operasi Iayawijaya
digelar, pada 14 Agustus 1942, seluruh 10 kompi telah berhasil cliinfiltrasikan
ke daratan Irian Barat, baik lewat udara maupun laut. Dengan demikian,
daerah defacto RI telah tercipta di tempat dan unsur-unsur kekuasaan Pemerintah
RI juga telah diletakkan sesuai rencana operasi Komando Mandala. Dalam peran
ini Komando ALLA telah aktif sekali melakukan pengintaian pengintaian dan
menemukan kelemahan-kelemahan system pertahanan laut Belanda.Sumber : http://sejarahperang.wordpress.com/2013/02/24/tantangan-menggelar-operasi-tempur-terbuka/#more-2860
Tidak ada komentar:
Posting Komentar